Wednesday, August 14, 2013

Panggilan Allah Yang Membingungkan

" '...dan segala sesuatu yang ditulis oleh para nabi mengenai Anak Manusia akan di genapi '... Akan tetapi, mereka sama sekali tidak mengerti semuanya itu..." (Lukas 18 : 31, 34).

Allah memanggil Yesus Kristus untuk mengalami hal yang tampaknya merupakan bencana dahsyat. Dan Yesus Kristus memanggil para murid-Nya untuk melihat Dia dibunuh, menuntun mereka pada pengalaman yang menghancurkan hati. Hidup-Nya merupakan kegagalan mutlak dilihat dari setiap sudut pandang, kecuali sudut pandang Allah. Akan tetapi, hal yang tampaknya berupa kegagalan dari sudut pandang manusia justru merupakan kemenangan dari sudut pandang Allah, karena maksud Allah tidak pernah sama dengan maksud manusia.

Panggilan Allah yang membingungkan ini juga diitujukan kepada kita. Panggilan Allah tidak pernah dapat dipahami sepenuhnya atau dijelaskan secara lahiriah, tetapi hanya dapat dipahami oleh sifat batiniah kita. Panggilan Allah itu seperti panggilan laut - tidak seorang pun mendengarnya kecuali pribadi yang mempunyai sifat kelautan. Tujuan panggilan Allah kepada kita tidak dapat dinyatakan dengan pasti, karena panggilan-Nya itu hanya untuk menjadi sahabat-Nya untuk menggenapi maksud-Nya sendiri. Cara kita mengujinya  ialah dengan benar-benar percaya bahwa Allah tahu akan hal yang diinginkan-Nya. Segala sesuatu yang terjadi tidak lah terjadi secara kebetulan, tetapi oleh keputusan Allah. Allah berdaulat melaksanakan maksud-Nya.

Jika kita bersekutu dan bersatu dengan Allah dan menyadari bahwa Dia mengikutsertakan kita ke dalam maksud-Nya, maka kita tidak akan bergumul lagi untuk mengetahui maksud-Nya. Sementara kita bertumbuh dalam kehidupan Kristen, hal itu menjadi lebih sederhana bagi kita, karena kita akan jarang berkata, "Mengapa Allah mengijinkan hal ini atau hal itu terjadi ?"  Dan kita mulai melihat bahwa maksud Allah yang mendesak itu ada di balik segala sesuatu dalam kehidupan, dan Allah secara ilahi membentuk kita kedalam kesatuan dari maksud itu. Seorang Kristen ialah orang yang mempercayai pengetahuan dan hikmat Allah, bukan mempercayai kesanggupannya sendiri. Jika kita memiliki maksud sendiri, itu merusak langkah sederhana dan tenang seharusnya menjadi ciri khas anak-anak Allah.

Sumber : Pengabdianku Untuk KemuliaanNya - Oswald Chambers

No comments: